Kamis, 24 November 2016

POTRET DISKRIMINASI GENDER DALAM FILM "Perempuan Berkalung Sorban"

Tentang Film "Perempuan Berkalung Sorban"

Perempuan Berkalung Sorban (internasional:Woman with a Turban) merupakan film drama romantis bertema Islam dari Indonesia yang dirilis pada tahun 2009 dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini dibintangi antara lain oleh Revalina S. TematJoshua PandelakiNasya AbigailWidyawatiOka AntaraReza Rahadian, dan Ida Leman. Film ini didistribusikan oleh Kharisma Starvision Plus dan mulai diputar secara perdana di bioskop Indonesia tanggal 15 Januari 2009.
Film ini dibuat berdasarkan novel berjudul sama tahun 2001 yang ditulis Abidah El Khalieqy, penulis wanita asal JombangJawa Timur. Novel tersebut diadaptasikan menjadi sebuah naskah film oleh Ginatri S. Noer dan Hanung Bramantyo. Film ini menyajikan latar tradisi sebuah sekolah pesantren di Jawa Timur yang cenderung mempraktikkan tradisi konservatif terhadap wanita dan kehidupan modern. Dialog film ini dibawakan dalam bahasa Indonesiabahasa Jawa, dan juga terkadang bahasa Arab yang sering digunakan di sekolah pesantren.
Sinopsis
Film ini berkisah mengenai perjalanan hidup Anissa (Revalina S. Temat), seorang wanita berkarakter cerdas, berani, dan berpendirian kuat. Anissa hidup dan dibesarkan dalam lingkungan dan tradisi Islam konservatif di keluarga Kyai yang mengelola sebuah pesantren kecil Salafiah putri Al-Huda di Jawa Timur, Indonesia. Dalam lingkungan dan tradisi konservatif tersebut, ilmu sejati dan benar hanyalah al-Qur’an, Hadits dan Sunnah, dan buku-buku modern dianggap sebagai ajaran menyimpang.
Dalam pesantren Salafiah putri Al-Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan yang harus tunduk pada laki-laki, sehingga Anissa beranggapan bahwa ajaran Islam hanya membela laki-laki dan menempatkan perempuan dalam posisi sangat lemah dan tidak seimbang. Tapi protes Anissa selalu dianggap rengekan anak kecil. Hanya Khudori (Oka Antara), paman Anissa dari pihak Ibunya yang selalu menemani Anissa, menghibur sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Anissa. Diam-diam Anissa menaruh hati pada Khudori. Tapi cinta itu tidak terbalas karena Khudori menyadari dirinya masih ada hubungan dekat dengan keluarga Kyai Hanan (Joshua Pandelaki), ayah Anissa, sekalipun bukan sedarah. Hal itu membuat Khudori selalu mencoba menghindari perasaannya pada Anissa. Sampai akhirnya Khudori melanjutkan sekolah ke Kairo, Mesir. Secara diam-diam Anissa yang mendaftarkan kuliah ke Yogyakarta, Indonesia, dan diterima. Namun Kyai Hanan tidak mengizinkannya dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang perempuan belum menikah berada sendirian jauh dari orang tua. Namun Anissa bersikeras dan protes kepada ayahnya.

Akhirnya Anissa malah dinikahkan dengan Samsudin (Reza Rahadian), seorang anak Kyai dari pesantren Salaf besar di Jawa Timur. Sekalipun hati Anissa berontak, tetapi pernikahan itu dilangsungkan juga. Kenyataannya Samsudin yang berperangai kasar dan ringan tangan menikah lagi dengan Kalsum (Francine Roosenda). Harapan untuk menjadi perempuan muslimah yang mandiri bagi Anissa seketika runtuh. Dalam kiprahnya itu, Anissa dipertemukan lagi dengan Khudori dan keduanya masih sama-sama mencintai. Film kemudian menceritakan perjalanan cinta Anissa dan Khudori dan juga perjuangan Anissa untuk membela hak-hak perempuan muslim di tengan rintangan keluarga pesantrennya yang konservatif.


Analisis Diskriminasi Gender dalam Film "Perempuan Berkalung Sorban"

1.     Budaya Patriarki
Sebagaimana sebagian besar masyarakat Indonesia anut dalam berkehidupan sehari-hari. Ddalam film ini juga begitu kental aka unsur budaya patriarki yang menjadikan laki-laki sebagai poros peredaran kehidupan. Hubungan patriaeki yang menempatkan laki-laki sebagai poros utama keluarga berimbas kepada jenis dan kadar pekerjaan yang dilimpahkan kepada kaum perempuan. Perempuan dalam film Perempuan Berkalung Sorban digambarkanmemiliki peran yang sudah lumrah disandangkan oleh pihak laki-lakiyaitu sebagai istri, ibu, dan ibu rumah tangga. Dialog-dialog sepanjang filmmenggambarkan besarnya bias gender yang terjadi dalam keluarga Kiai Hanan. Di dalam keluarga, Kiai Hanan sebagai subjek aktif yang terlihat jelas dalam hal-hal seperti pengambilan keputusan, sikap suami terhadap istri, dan sikap ayah terhadap anak-anaknya.

2.     Kekerasan terhadap perempuan
Bentuk masyarakat patriarkal sangat memunginkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Pada dasarnya kekerasan ini disebabkan oleh penguasaan laki-laki terhadap perempuan. Dalam hampuir seluruh aspek kehidupan, perempuan didominasi laki-laki dan ini membuat perempuan rentan menerima kekerasan baik yang berbentuk fisik maupun psikologis.
 Dalam film Perempuan Berkalung Sorban kekerasan dalam bentuk fisik terjadi, seperti Reza mendorong Syamsuddin karena telah merendahkan keluarganya, Syamsuddin mencekik Annisa karena istrinya tersebut menolak untuk diajak berhubungan badan, Annisa menampar Syamsuddin karena telah melecehkannya. Dan kekerasan psikologis yang diterima Annisa adalah dalam kata  kata verbal.
Dari keseluruhan data kekerasan, baik fisik maupun psikologis dapat disimpulkan bahwa diskriminasi sangat berpengaruh pada tindak kekerasan. Ketidakadilan berakibat pada tindak perlawanan dan pemberontakan. Selain itu, kekerasan yang muncul karena anggapan bahwa perempuan lemah dan harus menuruti kemauan suami atau sikap berkuasa terhadap perempuan.
 Kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap kaum perempuan sering terjadi karena keinginan untuk melanggenggkan kekuasaan/ dominasi laki-laki (pro status quo). Dan pada prinsipnya, inilah refleksi sistem patriarki yang berkembang di masyarakat Indonesia.

3.     Diskriminasi pendidikan
Dalam film tersebut ditayangkan bahwa Annisa mengalami kesulitan untuk dapat memenuhi hasrat intelektualnya. Annisa dilarang oleh ayahnya untuk dapat meneruskan jenjang pendidikannya ke perguruan tinggi. Hal tersebut disebabkan karena Annisa adalah seorang perempuan. Sedangkan kakak-kakak Annisa yang berjenis kelamin Laki-laki dengan mulusnya mendapatkan izin dari Ayah mereka untuk bisa meneruskan sekolah keluar pesantren.

4.     Pernikahan.
Bersambung dengan poin ketiga, tidak berhenti sampai larangan sekolah. Selanjutnya, Anissa justru dijodohkan, bahkan seolah dipaksa untuk menikah dengan anak dari teman ayahnya yang juga sama-sama kiyai, yaitu Samsudin. Dalam masalah hatinya, Anissa sebenaranya telah mencintai laki-laki lain, yakni Lek Khudori. Namun, perbedaan status sosial bagi Khudori yang bukan anak kiyai, membuat jarak tali percintaan Anissa dan Khudori menjadi sulit ditautkan. Dan pilihan hati Anissa seolah jadi hak prerogratif ayahnya sebagai seorang lelaki yang memiliki komando penuh atas armada keluarganya. Bahkan ibunya sebagai perempuan yang memiliki sedikit hak biacara pun tak mampu menghalangi niat ayah Anissa. Lantas takdir dalam film tersebut menghantarkan Anissa untuk melalui kehidupan bersama dengan Samsudin terlebih dahulu, yang kemudian justru menitikan perih di hati Anissa sebab Samsudin berpoligami dengan cara yang tidak adil (tidak sesuai dengan syaria’t Islam). Dalam poin ini, direpresentasikan dalam film tersebut bahwa perempuan tidak memiliki hak untuk memilih dan harus mau menerima berbagai keputusan laki-laki tanpa kompromi.

5.     Diskriminasi sosial.
Dalam film, Anissa dilarang oleh ayahnya untuk menunggang kuda. Menunggang kuda hanya diperbolehkan bagi lelaki. Padahal, sebagai informasi, dalam Islam tidak ada pelarangan bagi wanita untuk menunggang kuda atau semacamnya.
Selain itu ketidakadilan yang Annisa dapat adalah, ia tidak bisa menjadi pemimpin karena perempuan dianggap sebagai kaum yang irrasional, yang lebih mementingkan perasaan dibanding dengan logika, dan politik sangat berat dan perempuan tidak akan mampu menanggungnya karena akal dan tenaganya memang lemah.
Selain masalah kepemimpinan, dalam film ini juga terdapat keterbatasan perempuan dalam mengeluarkan pendapat seperti ketika Annisa mengikuti pengajian Kiai Ali dan ketika Annisa menyampaikan ide kepada pihak pesantren mengenai rencananya membangun perpustakaan. Ide dan gagasan Annisa dianggap mengada-ada, ia –perempuan– seolah sosok yang kurang akal dan agamanya dan tidak rasional dalam mengambil keputusan.

Gerakan Persamaan Gender dan Feminisme
Dari diskriminasi yang diterima Annisa sebagai perempuan pada dasarnya merupakan repleksi kehidupan nyata dalam masyarakat kita sehari-hari. Hal itu yang akhirnya membawa perempua untuk memperjuangkan hak-haknya atau yang lebih sering kita kenal dengan “Persamaan Gender” atau gerakan “Feminisme”.
Feminis khususnya masalah-masalah mengenai wanita, pada umumnya dikaitkan dengan emansipasi, gerakan kaum perempuan untuk menuntut persamaan hak dengan kaum laki-laki, baik dalam bidang politik dan ekonomi, maupun gerakan sosial budaya pada umumnya. Kondisi-kondisi fisik wanita yang lebih lemah secara alamiah hendaknya tidak digunakan sebagai alasan untuk menempatkan kaum wanita dalam posisinya yang lebih rendah. Pekerjaan wanita selalu dikaitkan dengan memelihara, pria selalu dikaitkan dengan bekerja. Pria memiliki kekuatan untuk menaklukkan, mengadakan ekspansi, dan bersifat agresif. Perbedaan fisik yang diterima sejak lahir kemudian diperkuat dengan hegemoni struktur kebudayaan, adat istiadat, tradisi, pendidikan, dan sebagainya. Perbedaan biologis tidak dengan sendirinya menentukan perbedaan kecerdesan. Menurut berbagai percobaan pada dasarnya laki-laki tidak lebih cerdas dibandingkan dengan perempuan. Anak-anak perempuan di bawah usia tujuh tahun justru memiliki IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.
Annisa berhasil meyakinkan semua para penghuni pesantren bahwa membaca buku modern tidak akan membuat perempuan keluar dari kodratnya, dengan membaca kita akan tahu bagaimana dunia luar. Annisa juga mengajarkan para santrinya untuk menulis, dengan menulis kita bisa mengeluarkan pendapat kita dari sisi pandang perempuan. Perjuangan Annisa tidak sia-sia dia berhasil mewujudkan impiannya, kebebasan perempuan dan kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki sedikit demi sedikit mulai terwujud.
Sumber:


0 comments:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Twitter

Diberdayakan oleh Blogger.

Gunadarma University

UG StudentSite

About me

Foto saya
South Jakarta, Jakarta, Indonesia
98's// ordinary girl♀ music-addict♬, Information System's Student

Instagram

Copyright © Naila's | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com